Wednesday, May 14, 2014

Ciri Khas Drama Karya George Bernard Shaw

George Bernard Shaw? Siapa ya? Oh, dia itu mbah saya ha..ha..ha.. Mbah dari mana? Itu, sebagian tubuh saudara beliau dulu di jadikan bagian tangan saya (alamak, seperti Frankenstein aja~tubuhnya berasal dari orang yang berbeda-beda). Bukan...Bukan... Shaw bukan mbah saya. Saya malah nggak kenal. Cuma kenal lewat beberapa karyanya saja.


Shaw adalah playwright, novelis, kritikus, essais, politikus, dan orator Irlandia yang menetap di Inggris. Tapi sayangnya saya cuma kenal Shaw lewat dramanya saja. Itu pun baru tiga, yang judulnya Man and Superman, Arms and the Man, dan Pygmalion. Masih ada sekitar 50an drama lagi yang belum saya baca. Tapi kok bisa-bisanya saya nulis tentang ciri khas dramanya Shaw? Lancang sekali! Tak apa, ini adalah kesan pertama saya setelah membaca tiga drama Shaw yang sangat terkenal itu. Nanti kalau ada perubahan kesan, tentu akan saya tulis lagi. Sebenarnya saya nulis ini karena beberapa waktu yang lalu saya habis nonton drama adaptasi dari karya Shaw ini yang berjudul Man and Superman. Drama ini di pentaskan dengan judul Wong, dan di adaptasi ke dalam budaya Jawa (gaya Jogja dan Banyumasan) dan campur Sunda (karena ada tokoh bernama Asep-nya). Komentar saya "Ya, lumayan. Bagus... bagus... karena bisa menampilkan adegan realis beserta surealisnya sekaligus. Tapi, kok ada yang kurang ya." Nah itu dia, kurangnya adalah kelompok teater ini sepertinya benar-benar mencari cara bagaimana mengadaptasi adegan surealisnya, tapi malah melupakan ide utama dari drama ini yang juga merupakan ciri khas Shaw.
  
Man and Superman adalah sebuah drama komedi yang menceritakan tentang seorang pria yang nantinya akan menikah dengan seorang wanita (ha..ha..ha.. absurd banget sih ceritanya. Aduh, kalau mau tahu, baca sendiri saja ya...). Dalam cerita ini Shaw memasukkan unsur filosifis yang di gambarkan dengan adegan mimpi John Tanner (tokoh utamanya) yang ada di neraka. Dalam mimpi itu, diceritakan bahwa keadaan neraka itu terbalik dengan apa yang kita pikir selama ini. Dalam mimpi itu, neraka diceritakan sebagai tempat yang nyaman dan surga sebaliknya adalah tempat yang membosankan. Well, tapi bukan itu yang mau saya bahas disini. Yang akan saya bahas nanti akan lebih ke ciri-ciri penokohannya.

Shaw sangat suka membuat tokoh-tokohnya dalam binary oposition alias berlawanan. Berlawanan disini bukan berarti antagonis dan protagonis ya. Tapi lebih ke "yang baik" dan "yang baik banget", "yang keren" dan "yang keren banget", "yang pintar" dan "yang pintar banget", "yang nice boy/man" dan "yang bad boy/man", tapi bertentangannya masih dalam kategori sama-sama baik. Biasanya yang di pertentangkan adalah tokoh prianya. Dan di akhir, Shaw akan membuat salah satu dari tokoh tersebut di pilih oleh wanita yang ada di antara mereka. Apakah kamu pikir Shaw selalu membuat pria yang baik banget selalu kalah dengan pria yang baik doang? atau sebaliknya yang bad boy terus yang di pilih dan yang nice tidak pernah dipilih? Nay, tidak. Shaw menjodohkan para wanita itu dengan pria yang sepadan dengannya. Contohnya, jika wanita itu berasal dari kelas sosial menengah ke atas dan berpendidikan, maka ia pun akan menjodohkannya dengan pria yang sama kelas sosial dan pendidikannya. Yang jelas, Shaw selalu menjodohkan tokoh-tokohnya dengan keadaan yang sepadan. Beda to, sama drama-drama Korea yang biasanya menjodohkan tokoh-tokohnya dengan binary oposisi. Misalnya si kaya dan si miskin atau si pintar dan si bodoh (contohnya di Film Boys Before Flower~Goo Jun Pyo(kaya) dan Geum Jan Di(miskin), Play Full Kiss~Baek Seung Jo(pintar) dan Oh Ha Ni(Bodoh)). Tentu saja menurut saya ini lebih true to life atau lebih dekat dengan kehidupan nyata. Jadi, tidak klise to? Iya, nyatanya memang di kehidupan nyata, seseorang akan menikah dengan orang yang sederajat (maksudnya, mereka pasti punya feature yang tidak jauh beda dengan jodohnya alias mirip-mirip.)
Mari kita lihat di ketiga drama yang sudah saya baca.


Dalam Drama Man and Superman, tokoh yang di pertentangkan adalah karakter John Tanner dan Octavius. Karakter John Tanner di gambarkan sebagai orang yang slengean, cuek, sombong, dan tidak tahu tata krama, tapi dia sangat supel dan mudah akrab dengan siapa saja, pikirannya pun dinamis dan selalu mengikuti perkembangan zaman. Sebaliknya, karakter Octavius ini digambarkan sebagai orang yang lemah lembut, pengertian, baik, sopan, tahu tata krama, wes lah, pokoke menantu idaman banget. Dia digambarkan sebagai orang yang sangat baik dan tak punya cacat sedikit pun. Jadi, di sini, dia itu seperti superman (manusia super) yang tak bercacat sifat dan John Tanner adalah man (manusia) yang penuh dengan kecacatan karakter. Menurut kamu Ann (tokoh wanita dalam drama ini) akan memilih Octavius atau John Tanner? (Kalau saya pilih John Tanner saja lah, saya kan sukanya yang bad boy-bad boy gitu ha..ha..ha..) Nah, ternyata tipe lelaki idaman Ann itu sama seperti saya. Dia lebih memilih John Tanner si manusia yang penuh dengan kekurangan dari pada Octavius si manusia super yang tidak punya cacat. Duh, penggemar Octavius kecewa. Nay, Shaw disini menjodohkan Ann dengan John Tanner karena Ann itu sifatnya hampir sama dengan John Tanner. Dia juga hanya seorang manusia yang banyak khilafnya, Ann tidak sanggup hidup dengan manusia super yang sempurna itu. Ia lebih memilih John Tanner agar ia bisa berjuang bersama untuk menjadi lebih baik dan bisa saling mensuport. Ann tidak tega menjadi sebatang rumput yang mengganggu bunga matahari yang tumbuh menjulang (eciee...). Shaw memilihkan John Tanner untuk Ann karena mereka itu mempunyai fiture yang tidak jauh beda. Mereka itu sama-sama suka usil, cuek, dan slengean, walau pun katanya (dalam drama dikatakan begitu) Ann itu sangat patuh pada ayahnya, tapi sebenarnya dia itu sama slengeannya dengan John Tanner.


Lalu dalam drama Arms and the Man, di sini,  Shaw membandingkan karakter Sergius Saranoff dan Blunstchli. Sergius Saranoff di gambarkan sebagai seorang Sersan yang penampilannya terlihat gagah berani, sangar, dan tidak takut mati. Sedangkan karakter Blunstchli di gambarkan sebagai seorang Kapten yang yang gagah berani, tapi tidak sangar, dan masih takut mati (menurut apa yang dia ceritakan). Jika Sergius Saranoff selalu membawa-bawa senjata kemana-mana, Blunstchli lebih suka membawa biskuit coklat kemana-mana. Kedua karakter itu lagi-lagi di gambarkan dengan binary oposition. Lalu, siapakah yang Raina (tokoh wanita dalam drama ini) pilih? Sergius Saranoff? Nay, Raina memilih Captain Blunstchli. Loh kenapa? Iya, Raina itu wanita yang mengidolakan hero dan pria yang ideal. Pria yang ia idolakan itu, tidak hanya gagah berani tapi juga terpelajar dan mempunyai kelas sosial tinggi dan juga sifat yang baik. Sama dengan karakter Raina. Raina itu wanita yang baik, terpelajar, dan berasal dari kelas sosial yang sama tingginya dengan Blunstchli. Bukannya Sergius Saranoff juga terpelajar dan berasal dari kelas sosial yang sama dengan Raina? Dia juga gagah berani seperti Blunstchli kan? Oh, tidak. Ternyata Sergius Saranoff bukanlah orang yang seperti kita bayangkan. Dia memang gagah, tapi hanya di kehidupan sosialnya saja, ternyata di medan perang ia penakut dan suka merengek seperti bayi. Ternyata ia lebih cocok membawa biskuit coklat dari pada senjata. Selain itu, ia juga pria yang tidak baik; ia suka main serong. Terbukti saat ia sudah bertunangan dengan Raina, ia ternyata masih suka menggoda Louka (pembantu di keluarga Raina). Jadi, di sini, sekali lagi Shaw, selain mempertentangkan dua tokoh, ia juga menjodohkan tokoh-tokohnya dengan orang yang sederajat (yang sepadan karakter dan karakteristiknya).


Terakhir, Drama Pygmalion. Disini, Shaw membandingkan karakter Henry Higgins dan Colonel Pickering. Karakter Henry Higgins digambarkan sebagai orang yang sombong, angkuh, dan cuek. Sedangkan Colonel Pickering digambarkan sebaliknya rendah hati, baik, dan perhatian. Mereka berdua adalah ahli phonetic and phonology (studi pengucapan bahasa mencakup suara, dialek, intonasi, tone, dll.), tapi Henry Higgins di gambarkan lebih ahli dari pada Colonel Pickering. Disini, mereka mempunyai proyek bersama, yaitu mengubah gaya Liza (gadis penjual bunga) berbicara agar terlihat seperti seseorang yang berasal dari golongan kaya (kelas sosial tinggi). Henry Higgins dan Colonel Pickering memperlakukan Liza dengan sangat berbeda. Jika Henry Higgins memperlakukan Liza hanya seperti adonan untuk di bentuk-bentuk, sebaliknya Colonel Pickering memperlakukan Liza seperti seorang gadis yang mempunyai keinginan untuk disayangi. Sekali lagi, Shaw membuat tokohnya dalam binary oposition. Lalu apakah Liza memilih Colonel Pickering? Tidak! Dia lebih memilih Henry Higgins, karena memang Colonel Pickering bukan di maksudkan untuk menjadi pilihan, walaupun ia juga di binary oposisi-kan dengan Henry Higgins. Itu karena Colonel Pickering lebih diposisikan sebagai penasihat dan penengah antara keduanya. Well, ternyata, ada satu lagi karakter yang di bandingkan yang akan menjadi akhir pemilihan. Yaitu karakter Freddy. Freddy di gambarkan sebagai pemuda biasa dari keluarga menengah ke bawah yang berpikiran sederhana dan bersifat sederhana (tidak punya karakter yang menonjol). Sifatnya juga sangat berbanding terbalik dengan Henry Higgins, termasuk dalam harta dan pendidikannya. Freddy memang terpelajar, tapi tidak secerdas dan sepintar Henry Higgins. Ternyata di akhir, Liza lebih memilih Freddy yang memang karakter dan karakteristiknya tidak jauh berbeda dengannya. Shaw tidak menjodohkan Liza dengan Higgins walau pun Liza sebenarnya jatuh cinta pada Higgins dan sebaliknya. Itu karena Karakter dan Karakterisasi Liza dan Higgins terlalu jauh berbeda.

Hem... Jadi begitulah kira-kira ciri khas drama buatan George Bernard Shaw. Shaw selalu atau mungkin lebih ke suka dan sering membuat binary oposition untuk karakter-karakter dalam dramanya dan menjodohkan karakternya dengan karakter lain yang sifat-sifatnya agar mirip-mirip. Jadi, untuk kalian yang suatu saat ingin mengadaptasi drama karya Shaw, jangan hilangkan ciri khas ini ya. Nanti feel-nya jadi hilang. Nggak asik kan? ha..ha..ha..

2 comments:

  1. Permisi, boleh saya minta naskah nya untuk keperluan ujian akhir saya di ISI padang panjang.. sudah lama saya mencari naskah bernard shaw tapi tidak ketemu.. nah, jika saudari berkenan mohon balas ke babandiang@gmail.com
    Terimakasih sebelumnya :)

    ReplyDelete
  2. Boleh. Saya ada beberapa. Sudah saya kirim ke e-mail sampeyan tuh. Tapi maaf loh terlambat. Soalnya sudah lama saya gak buka blog, jadi nggak tahu kalau ada yang komentar. Makasih ya sudah berkunjung.

    ReplyDelete